Friday, August 29, 2008

Kisah Untuk Hari Tua (part I)

------------------- ---
# BEST I EVER HAD #
----------------------

So you sailed away
Into a grey sky morning
Now I'm here to stay
Love can be so boring

Sepengal lirik dari sebuah lagu yang pernah sangat kusukai di pertengahan tahun 2001 kembali mengalun merdu dari laptop ACER kreditan milikku. Sungguh sebuah lagu yang mampu mengendurkan hentakan cadas System of A Down atau sedikit memudarkan dominasi Dream Theater bajakan koleksiku. Sebuah lagu lawas yang kembali membangkitkan romansa sebuah kenangan indah yang masih tersimpan rapi dikepala.

Berawal dari pertemuan dengan seseorang wanita cantik yang pernah kukenal sebelumny (baca:teman lama) setelah sekian lama dari kecil kami hampir tidak pernah lagi bertatap muka. Meski tak lebih dari sekedar teman biasa kami menjadi sangat kompak dikarenakan masih ada hubungan keluarga. Intensnya komunikasi kemudian berkembang menjadi ajang curhat-curhatan dan kemudian saling mengunjungi dan saling berbagi cerita tentang hal-hal yang telah dilalui. Sungguh suatu kenangan manis namun kemudian harus berubah menjadi kaku melebihi bekunya sebuah perang dingin. Memang kami harus saling menjaga diri dikarenakan struktur dalam keluarga yang tidak memungkinkan untuk menjajaki tingkatan berikutnya (ribet nih jelasinnya) yang jelas ini happy beginning with bad ending lah. Namun dari sinilah kemudian aku mengerti akan arti kehidupan dan mendapatkan pelajaran berharga menuju suatu tahap pendewasaan diri (sungguh seorang yang sangat sangat sangat layak untuk dikenang, memory in 2002).

Kemudian lamunanku sejenak menerbangkanku jauh ke masa lalu.
Kembali kemasa kecilku. Tak banyak yang bisa kuingat selain cerita dari kedua Orang Tua dan sanak keluarga tentang seorang bayi chubby imut dan lucu (masih kelihatankan ampe sekarang? hihihi; imut = i....muka tue...) yang kemudian 'bermetalmorposa' menjadi berandal cilik yang cengeng, seorang anak nakal yang sangat suka berkelahi dan jarang betah dirumah. Maklumlah diantara kesibukan Ibuku beliau juga mengurusi aku dan kakak ku yang hanya terpaut satu tahun dariku sedangkan Bapakku sibuk berkerja. Seringkali aku 'lepas' dari pengawasannya sekedar dengan lompat dari jendela dan banyaklah trik-trik jitu melarikan diri lainnya.

Mungkin dikarenakan kenakalanku akhirnya kedua orangtua memutuskan untuk kembali ke desa kelahiranku dimana Kakek dan Nenekku yang saat itu masih tinggal disana menghabiskan masa pensiunannya. Disana kemudian aku mendapatkan pendidikan dasarku sebuah bekal yang sungguh sangat berguna.

Dengan bimbingan (alm) Kakek ku aku mulai mengenal tata cara mengeja hurup-hurup 'Juz-amma' ketika umurku 5 tahun. Untuk lebih memperkuat dasar pijakan hidupku selain bersekolah disekolah dasar negara aku juga dititipkan disebuah madrasah diniyah pada siang harinya. Disanalah tempat dimana aku mulai mengerti Tajwid dalam membaca Al-Quran. Disana juga tempat kami mempelajari Fiqh Islam, sekedar pengenalan tentang tafsir Al-Quran dan pembahasan tentang tingkatan Al-Hadist, juga tentang dasar-dasar Tauhid serta bimbingan dan penjelasan tentang Ahlak yang diajarkan oleh Ustad dan para Ustadzah disana (semoga ALLAH SWT merahmati kita semua).
Dan sedikit waktu luang disore hari sepulang dari madrasah selalu kuhabiskan seperti kebanyakan anak-anak lainnya untuk bermain main disungai atau menjelajahi hutan belantara desaku untuk menjejali sebuah petualangan yang cukup mendebarkan.
Sampailah dimana aku mulai menapaki masa remaja, dimana aku mulai menikmati hentakan bit-bit keras dari Slank, powerslaves, boomerang dan Gun 'N Roses yang kudapatkan dari paman-pamanku yang bersekolah di kota. Juga mengenal lirik -lirik 'nakal' milik Iwan Fals yang dikemudian hari menumbuhkan suatu pandangan kritis terhadap kehidupan bangsa dan negara ini. Ditemani gitar "Isuzu F-20 Classic" sebuah gitar bolong pertamaku yang selalu menjadi teman setia dengan dentingan-dentingan perdana yang hampir fals semua, harus dimaklumi soalnya inilah masaku mulai mempelajari chord-chord dasar gitar dan memainkan sebuah lagu.

'Tennagers is time when I can Spend all my life time, do all I want to done'
demikianlah sebuah pemikiran skeptis remaja yang juga kupikirkan dikala itu tentang pengartian perasaan yang bergejolak tentang sebuah arti kebebasan (mungkin ada baiknya ditampilkan sekedar mengingat masa yang tlah dilewati) sebuah masa yang sangat menantang untuk melakukan semua yang telah dilihat dan merasakan apa yang telah dipikirkan.

Disinilah saat dimana mulai meniru apa yang dilakukan orang-orang yang lebih tua. seperti merokok, berkerja (ini lumayan positif), dan berbaur dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya (ngatifnya dengan bertambahnya keberanian dan teman maka frequensi nongkrong dan keluar malam juga bertambah) dan aku selalu bersyukur karena pergaulan didesaku saat itu telah lebih menyelamatkan karena tidak banyak terjadi hal-hal yang secara terang-terangan melanggar kaidah agama. sebuah perbandingan kontras ketika kemudian aku menjadi bagian dari kehidupan kota juga kenyataan dimasa sekarang.

Perjalanan waktu kemudian menghantarku menuju pergaulan dan pergulatan hidup yang sebenarnya. Dikota ini (baca: pontianak) tempat ku menimba ilmu sangat jauh perbedaannya dari kehidupan dikampungku, disini tidak terlalu dirasakan adanya rasa kebersamaan yang ada hanyalah sebuah pertemuan semu belaka, Sebuah pertemanan yang lebih hanya dikarenakan berada dilingkungan dan waktu yang sama tanpa memiliki dasar saling percaya dan saling menjaga. Namun aku cukup beruntung karena kemudian mendapatkan teman yang sangat setia kawan yang rela dan mau berbagi hampir disemua keadaan, mungkin ini dikarenakan kami sama-sama berstatus sebagai perantau ditanah harapan ini. Pergaulan di sekolahku yang notabene nya hampir laki-laki semua kemudian lebih mengarah pada sebuah kekerasan. Ya disinilah apa yang dulu lebih dikenal sebagai STM sungguh sangat layak jika disebut sebagai 'sarang preman' (entah gimana ya keadaan almamaterku ini sekarang??) Teringat moto yang sangat terkenal disaat itu; "Pertemanan diakhiri dengan perkelahian, dan perkelahian diakhiri dengan Tawuran"
-to be continue-