Friday, August 29, 2008

Kisah Untuk Hari Tua (part II)

Kemudian masa-masa jenuhku menghadapi kenyataan hidup diperkotaan membuatku ingin sejenak kembali kekampung halaman. Selain karena sedikit masalah dengan 'preman-preman' di gang tempat tinggalku, kerinduan terhadap keluarga menjadi faktor utama mengapa aku membohongi ibuku tentang hasil tes kelulusan di salah satu Kampus negeri dikota Khatulistiwa ini.
Setiba di kampung kini kudapati kehidupan yang tlah jauh berbeda dari beberapa tahun sebelumnya. Mungkin karena tlah beranjak dewasa sehingga mata hati telah sedikit terbuka memandang kenyataan yang sebenarnya. Desaku tlah jauh berubah, keceriaan dimasa kecilku tak lagi nyaman terasa.

Ditahun berikutnya aku kembali kekota untuk melanjutkan studiku. Polnep kembali menjadi kampus pilihan mungkin kerena terlanjur jatuh hati dengan kampus yang satu ini. Disinilah kembali banyak Romansa indah yang kulalui. Nggak tau juga ya, mungkin karena tampangku yang nggak jelek-jelek amat (si amat aja ngak jelek, week..) sehinga cukup bisa dijadikan modal untuk urusan memperluas pergaulan (udah tau kan kemana arah pembicaraan ini !!) Tapi untuk menjaga privasi lebih baik tidak membahas hal yang satu ini.

Kehidupan dikampus kembali mempertemukan aku dengan beberapa teman karibku diwaktu stm dulu, walau telah sedikit berubah namun tabiat 'preman' kami masih sulit untk dihilangkan. Mulailah lagi sekedar nongkrong menghabiskan malam ditemani botol-botol yang bergelimpangan. Terlebih ketika diawal bulan dimana kami sibuk menghitung uang kiriman hampir tak terlewatkan sispan post untuk bersenang-bersenang versi kami yang penuh dengan nuansa alkohol. Walaupun imbasnya setiba diahir bulan masing-masing kami sibuk menghitung hutang, hihi rasain !
Bukannya tidak tahu haramnya barang yang satu ini, tapi jiwa yang rapuh dan ketaatan yang berkurang membuatku pernah larut dalam kesukaan yang sangat merugikan. Namun ahirnya pada suatu masa di ahir 2002 aku berhasil lepas dari jerat alkohol yang pernah 4,5 tahun mengisi aliran darahku.

Layaknya anak kost lainnya diriku tak lepas dari permasalahan uang kiriman. Terlebih karena diriku hanya berasal dari keluarga biasa yang merasa cukup dalam kesederhanaan. Lalu pernah terpikirkan untuk cari-cari uang tambahan. Kan banyak waktu luang diantara waktu perkuliahan, ibarat kata pepatah 'sambil menyelam minum Coca-Cola'. Ya bolehlah 'sekali merengkuh dayung dua-tiga hari terkapar keletihan'..... Mulailah aku bergaul dengan teman yang telah lama menjadi 'broker' barang barang bekas (lebih enaknya sih kita bilang broker barang second hand -'seken hen'-). Mulai dari hape seken, tipi seken, motor seken, baju seken (lelong lah ye ??) Namun naluri bisnis tidaklah bersarang dikepalaku. Kemudian aku beralih nongkrong dirental komputer milik teman yang melayani jasa pengetikan. Namun apa hendak dikata, menunggu memang hal yang paling membosankan. Alih-alih dapat obyekan ongkos rokokku aja ndak balik kalau udah dikerumuni teman-teman. Ahirnya aku belajar berhemat, dan beberapa bulan kemudian hasil dari menyisihkan uang kiriman aku bisa mengantongi sebuah hape polyphonic 'Siemens A55', ya lumayanlah untuk gaya meski pulsa waktu itu jarang ada.

Ahirnya pada september 2004 aku berhasil mendapatkan Ijasah diplomaku meski dengan IPK yang sangat pas-pasan. Kecewa dengan hasil ahir ini karena sampai semester ke-5 bahkan saat hari yudisium IPK ku masih cukuplah untuk modal kalau ingin ikutan berlomba menjajaki lowongan di perusahaan atau perkantoran lainnya. Memang rupanya di tahun itu kami mendapatkan standar penilaian yang telah ditinggikan (walau pun tanpa pemberitahuan sebelumnya) sehingga banyak hasil dengan nilai A harus di downgrade menjadi B, B turun menjadi C dan begitulah seterusnya... nasib-nasib,,, sekarang kami mau komplain kemana ? Ijasah udah buru-buru keluar dan para dosen pada 'melarikan diri' ndak tau mau nyari dimana. Namun tiada yang sia-sia.

Bingung dengan nilai yang sedemikian, aku berniat untuk melanjutkan lagi perkuliahanku. Tapi orangtuaku tidak mengijinkan karena selain udah tahu bobroknya diriku (hehe) pada waktu itu kami hanya bisa melanjutkan keperguruan tinggi yang ada dipulau jawa jika ingin mengambil jurusan yang sama, mana ongkosnya mahal lagi ?? Ahirnya aku pulang kekampung tercinta. Memang Bapakku menginginkan aku bisa ikut membantu usaha kecil-kecilan ala keluarga yang beberapa tahun terakhir giat membudidayakan salah satu ikan langka khas daerah ini. Tapi bukannya ingin bermalas-malasan, hanya saja merasa sudah cukup orang untuk mengurusinya.
Sukseslah diriku sebagai pedagang (pengangguran dalam gang) ya, hampir 1,5 tahun aku menganggur dan selalu sukses untuk telat bangun pagi. Benar-benar suatu keahlian langka yang membuat ibuku geleng-geleng kepala.
Hingga kemudian aku mendapati ada lowongan pekerjaan disalah satu perusahaan yang menjadi rekanan perusahaan operator seluler terbesar di negeri ini. Perusahaan tersebut ialah kiSEL; Koperasi Telkomsel (sekarang 'kami' punya arti lain untuk akronim ini = ..............selalu) Meski awalnya hanya berniat coba-coba sambil berpikir, bisa keterima gak ya??... Namun ahirnya aku bisa 'bergabung' pada salah satu divisi yang diperuntukkan sebagai tehnisi pendukung bagi perusahaan Induknya. Awalnya sih bingung mau ngerjain apa. "Ntar kalau sinyal ilang pasti aku disuruh manjat tower trus benerin parabola yang miring ya?" atau "pasti kerjaanku nanti ngidup dan ngematiin genset aja ya ?" begitulah pikiran pertama yang terlintas dikepalaku.
Seiring putaran waktu perkerjaan ini kemudian semakin menantangku untuk mengetahui hal-hal baru. Dan sedikit pengetahuan dasar tentang piranti elektronika dan sistem kelistrikan ternyata sangat membantu dalam troubleshooting gangguan tehnis dilapangan. Dengan sangat terkagum-kagum dengan sistem yang dipakai oleh operator ini (baca: Telkomsel) ternyata hampir semua 'event' dapat termonitor dari kantor pusatnya kejadian-demi-kejadian, waktu-demi-waktu. Begitu juga dengan sistem power nya, sungguh suatu sistem yang canggih penerapan tehnologi terbaru yang baru kutemui dilapangan. Sebuah moment yang bagus untuk penerapan teory yang pernah kupelajari dibangku kuliah. Perkerjaan ini lah yang membuatku bertemu dan mengenal 'orang-orang hebat'. Perkerjaan ini pula yang kemudian memberikanku kesempatan untuk menjelajahi 'tanah-tanah harapan' baru yang belum pernah kukunjungi sebelumnya.

Kemudian keseharianku berjalan normal apa adanya. Kebiasaan tidur malamku selama bertahun-tahun kemudian menjadi Insomnia dan masih terbawa sampai sekarang. Disinilah aku, kini kembali berada ditengah-tengah keluarga yang sederhana, sebuah keluarga lengkap dengan Ayah, Ibu, Kakak dan Adik tercinta. Hingga ahirnya disuatu masa dimana kami harus kehilangan salah satu anggota keluarga karena demam yang dideritanya yang kemudian teranalisis sebagai Typhus dan malaria Tropika.

Sedikit kembali kemasa lalu, pada Awal July 1993, Ibuku kembali melahirkan seorang bayi perempuan yang kemudian menjadi bungsu dari tiga bersaudara. Mulai saat itu aku menjadi seorang abang, dan mulai saat itu juga aku selalu mencoba menjadi seorang abang yang baik buat adiknya. Untuk sedikit membantu orangtua akupun ikut merawatnya. Tak terkira bangga dan bahagianya diriku mendapati seorang adik yang manis dan lucu dan seringkali kegemasanku ahirnya menimbulkan jeritan tangis histeris padanya yang membuat gusar orangtua. Sangat tinggi impianku untuk bisa membimbingnya kelak sampai ia bisa berdiri sendiri dalam menjalani dan menghadapi dunia ini. Seorang yang telah menjadi motfasi dalam seiap langkah-langkah ku.

Tapi apa hendak dikata pada 8 syawal 1427 H/31 oktober 2006 ternyata Allah SWT berkehendak lain dengan memangil pulang dirinya. Seorang adik yang tengah beranjak remaja dan tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita, sunguh seorang wanita yang taat menjalankan kewajiban Agamanya, seorang anak yang cerdas dan giat menambah ilmunya, seorang yang kemudian menjadi tumpuan harapan cita-cita seluruh anggota keluarga terlebih ketika aku dan kakakku telah menyelesaikan kuliah dan kami sama-sama telah berkerja. Disaat kami fokus pada pergaulan dan pendidikannya. Yah sunguh kejadian yang sangat menyesakkan dada. Bahkan tak terasa air mata ini tertumpah setiap teringat akan tawanya, air mata yang tak terbendung bahkan saatku membuat tulisan ini.

Beginilah jalan yang harus tetap dilalui, berusahalah tabah dan teruslah ikhlas dalam menjalani kehidupan ini. Banyak cerita dibalik kematian ternyata telah membuat kami setidak-tidaknya lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya kelak, menuju sebuah kehidupan kekal nan abadi.

be strong Don !
Life is goes on, the show must be shown.

Teruntuk adikku tersayang:
"Sesungguhnya Emak, Bapak, Kakak dan Abangmu sangat menyayangi dirimu, betapa berdukanya kami ketika dirimu mendahului kembali kehadiratNya. Semoga engkau selalu mendapatkan ampunan dan rahmat dariNya. Kedua orang tuamu telah meredhai dirimu, demikian juga dengan kedua saudaramu. Semoga ALLAH SWT kelak menghimpun kembali kita dikehidupan berikutnya, didalam Syurga-KeridhaanNya".
Semoga shalawat dan Salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad tercinta.
Aamiin Allahumma aamiin.

But it's not so bad
You only the best that I ever Had...
(Vertical Horyzon-Best I ever Had)



Friday, 29 Aug 2008
09:20 pm
-just dedicated to my self-